Laman

Kamis, 27 April 2017

ANALISIS PERAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP PENULARAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA MATARAM

ANALISIS PERAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP PENULARAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA MATARAM

I.     DAMPAK LINGKUNGAN
Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang dihasilkan oleh virus dari gigitan nyamuk aedes yang menular. Ciri-ciri orang terkena virus tersebut adalah dengan terserang demam yang tinggi mendadak disertai manifestasi pendarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan dan kematian. Sehingga salah satu cara untuk menghentikannya yaitu dengan memutus rantai penularan dengan pengendalian vektor.
Dari penelitian yang dilakukan secara cross sectional, pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan pengumpulan kuesioner, serta pengukuran variabel lingkungan dan perilaku masyarakat yang berperan terhadap terjadinya penularan penyakit. Didapatkan hasil yang menyebabkan virus penularan DBD yaitu :
1.      Kepadatan penduduk.
Dari kepadatan penduduk itu sendiri dapat berpengaruh resiko penularan penyakit DBD. Semakin padat penduduk maka semakin mudah nyamuk aedes tersebut menularkan virusnya dari salah satu orang, ke orang lainnya.
2.      Mobilitas penduduk.
Mobilitas disini dapat diartikan seperti kepedulian penduduk itu sendiri terhadap lingkungan sekitarnya. Dari contoh kasus di jurnal warga Mataram yang mayoritas penduduknya adalah petani maka mereka jarang sekali melakukan aktivitas dirumah melainkan diladang. Maka lingkungan rumah mereka mendapatkan perhatian yang kurang.
3.      Sanitasi Lingkungan.
Sanitasi lingkungan tidak berperan terhadap kejadian yang ada di mataram dikarenakan kenyataan di lapangan menunjukkan kondisi sanitasi lingkungan yang tidak jauh berbeda dengan daerah DBD tinggi dan DBD rendah.
4.      Keberadaan Kontainer.
Keberadaan kontainer disini berperan besar pada kejadian di mataram. Dikarenakan faktor-faktor seperti macam, bahan, warna, bentuk volume dan penutup kontainer sangat berpengaruh terhadap penyebaran virus nyamuk aedes.
5.      Kepadatan Vektor.
Pada kasus di mataram didapatkan Angka Bebas Jentik dibawah (<85%) hal ini menunjukan bahwa tidak nampaknya peran kepadatan vektor nyamuk pada penelitian ini. Tetapi apabila hasil dari Angka Bebas Jentik yang diatas (>85%) maka akan lebih nampak kepadatan vektornya sehingga dapat memungkinkan berpengaruhnya angka resiko penularan penyakit DBD.
6.      Tingkat Pengetahuan DBD.
Pada kasus ini khususnya di daerah mataram tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyakit DBD telah memiliki cukup pengetahuan. Karena dapat menjawab pertanyaan umum yang mendasar mengenai penyakit DBD tersebut.
7.      Sikap.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sikap serta perhatian yang kurang serius dan tidak berhati-hati terhadap penularan penyakit DBD. Maka dengan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit DBD ini sendiri akakn ssemakin bertambah resiko penularannya.
8.      Tindakan Pembersihan Sarang nyamuk.
Tindakan yang dapat dilakukan dengan cara menguras kontainer air secara teratur, menutup rapat kontainer air dan mengubur barang bekas yang sudah tak terpakai.
9.      Tindakan Pengasapan.
Tindakan pengasapan atau yang lebih dikenal dengan fogging sangat berpengaruh terhadap kejadian di mataram. Tidak adanya tindakan pengasapan ini dapat memungkinkan nyamuk aedes dapat bebas berkembang biak. Solusinya pemerintah seharusnya melakukan fogging minimal 1 kali seminggu dengan maksud agar jentik nyamuk dapat dibunuh dan mencegah perkembangbiakannya.
10.  Penyuluhan DBD.
Pada kasus di mataram tidak adanya penyuluhan dari dinas kesehatan menyebabkan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat akan bahaya DBD itu sendiri. Maka dari sebaiknya masyarakat dibekali pengetahun dan keterampilan tentang segala hal yang berkaitan tentang masalah kesehatan.

A.    DAMPAK POSITIF
            Dari kasus yang terjadi di mataram bisa diketahui dampak positif setelah penilitian DBD tersebut yaitu :
1.      Masyarakat jadi lebih waspada akan adanya lingkungan yang kotor dan dapat menyebabkan tersebarnya jentik nyamuk.
2.      Perhatian pemerintah juga akan lebih intensif dalam mengkampanyekan gerakan menguras, mengubur dan menutup tempat penampungan air.
3.      Tindakan pembersihan sarang nyamuk yang lebih teratur dilakukan oleh masyarakat juga akan mengurangi penyebaran dan pengembangbiakan dari jentik nyamuk itu sendiri.

B.     Dampak Negatif
            Dari kasus yang terjadi di mataram dapat diketahui dampak negatifnya. Berikut dampak negatif dari kasus di mataram, yaitu :
1.      Angka Bebas Jentik (ABJ) yang ada dimataram memiliki kepadatan yang tinggi sehingga virus nyamuk aedes dapat terus mengancam masyarakat.
2.      Kurangnya penyuluhan dari pemerintah akan kepedulian lingkungan juga menyebabkan masyarakat mataram dapat terjangkit virus DBD.
3.      Tidak adanya tindakan pengasapan juga berpengaruh terhadap perkembang biakan nyamuk di daerah yang tidak terjangkau oleh masyarakat.

C.    Upaya Penanggulangan Dampak Negatif
Upaya dari masyarakat dan pemerintah untuk menangani dampak negatif yang ada ialah dengan melakukan :
1.      Lebih seringnya masyarakat maupun pemerintah melakukan upaya gotong royong membersihkan lingkungan.
2.      Lakukan pengasapan (Fogging) secara rutin untuk menghindari berkembang biaknya jentik nyamuk di lingkungan masyarakat.

3.      Melakukan kampanye (3M) yaitu menguras, menutup, dan mengubur barang yang sudah tak terpakai.

Sumber : http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-01.pdf