ANALISIS PERAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN
PERILAKU TERHADAP PENULARAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA MATARAM
I.
DAMPAK LINGKUNGAN
Demam berdarah dengue adalah penyakit
infeksi yang dihasilkan oleh virus dari gigitan nyamuk aedes yang menular. Ciri-ciri
orang terkena virus tersebut adalah dengan terserang demam yang tinggi mendadak
disertai manifestasi pendarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan dan kematian.
Sehingga salah satu cara untuk menghentikannya yaitu dengan memutus rantai
penularan dengan pengendalian vektor.
Dari penelitian yang dilakukan secara
cross sectional, pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan pengumpulan
kuesioner, serta pengukuran variabel lingkungan dan perilaku masyarakat yang
berperan terhadap terjadinya penularan penyakit. Didapatkan hasil yang
menyebabkan virus penularan DBD yaitu :
1.
Kepadatan penduduk.
Dari kepadatan penduduk itu sendiri dapat berpengaruh
resiko penularan penyakit DBD. Semakin padat penduduk maka semakin mudah nyamuk
aedes tersebut menularkan virusnya dari salah satu orang, ke orang lainnya.
2.
Mobilitas penduduk.
Mobilitas disini dapat diartikan seperti kepedulian
penduduk itu sendiri terhadap lingkungan sekitarnya. Dari contoh kasus di
jurnal warga Mataram yang mayoritas penduduknya adalah petani maka mereka
jarang sekali melakukan aktivitas dirumah melainkan diladang. Maka lingkungan
rumah mereka mendapatkan perhatian yang kurang.
3.
Sanitasi Lingkungan.
Sanitasi lingkungan tidak berperan terhadap kejadian
yang ada di mataram dikarenakan kenyataan di lapangan menunjukkan kondisi
sanitasi lingkungan yang tidak jauh berbeda dengan daerah DBD tinggi dan DBD
rendah.
4.
Keberadaan Kontainer.
Keberadaan kontainer disini berperan besar pada
kejadian di mataram. Dikarenakan faktor-faktor seperti macam, bahan, warna,
bentuk volume dan penutup kontainer sangat berpengaruh terhadap penyebaran
virus nyamuk aedes.
5.
Kepadatan Vektor.
Pada kasus di mataram didapatkan Angka Bebas Jentik
dibawah (<85%) hal ini menunjukan bahwa tidak nampaknya peran kepadatan
vektor nyamuk pada penelitian ini. Tetapi apabila hasil dari Angka Bebas Jentik
yang diatas (>85%) maka akan lebih nampak kepadatan vektornya sehingga dapat
memungkinkan berpengaruhnya angka resiko penularan penyakit DBD.
6.
Tingkat Pengetahuan DBD.
Pada kasus ini khususnya di daerah mataram tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap penyakit DBD telah memiliki cukup pengetahuan. Karena
dapat menjawab pertanyaan umum yang mendasar mengenai penyakit DBD tersebut.
7.
Sikap.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sikap serta
perhatian yang kurang serius dan tidak berhati-hati terhadap penularan penyakit
DBD. Maka dengan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit DBD ini
sendiri akakn ssemakin bertambah resiko penularannya.
8.
Tindakan Pembersihan Sarang nyamuk.
Tindakan yang dapat dilakukan dengan cara menguras
kontainer air secara teratur, menutup rapat kontainer air dan mengubur barang
bekas yang sudah tak terpakai.
9.
Tindakan Pengasapan.
Tindakan pengasapan atau yang lebih dikenal dengan
fogging sangat berpengaruh terhadap kejadian di mataram. Tidak adanya tindakan
pengasapan ini dapat memungkinkan nyamuk aedes dapat bebas berkembang biak. Solusinya
pemerintah seharusnya melakukan fogging minimal 1 kali seminggu dengan maksud agar
jentik nyamuk dapat dibunuh dan mencegah perkembangbiakannya.
10.
Penyuluhan DBD.
Pada kasus di mataram tidak adanya penyuluhan dari
dinas kesehatan menyebabkan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat akan bahaya
DBD itu sendiri. Maka dari sebaiknya masyarakat dibekali pengetahun dan
keterampilan tentang segala hal yang berkaitan tentang masalah kesehatan.
A.
DAMPAK POSITIF
Dari
kasus yang terjadi di mataram bisa diketahui dampak positif setelah penilitian
DBD tersebut yaitu :
1.
Masyarakat jadi
lebih waspada akan adanya lingkungan yang kotor dan dapat menyebabkan
tersebarnya jentik nyamuk.
2.
Perhatian
pemerintah juga akan lebih intensif dalam mengkampanyekan gerakan menguras,
mengubur dan menutup tempat penampungan air.
3.
Tindakan
pembersihan sarang nyamuk yang lebih teratur dilakukan oleh masyarakat juga
akan mengurangi penyebaran dan pengembangbiakan dari jentik nyamuk itu sendiri.
B.
Dampak Negatif
Dari
kasus yang terjadi di mataram dapat diketahui dampak negatifnya. Berikut dampak
negatif dari kasus di mataram, yaitu :
1.
Angka Bebas Jentik
(ABJ) yang ada dimataram memiliki kepadatan yang tinggi sehingga virus nyamuk
aedes dapat terus mengancam masyarakat.
2.
Kurangnya
penyuluhan dari pemerintah akan kepedulian lingkungan juga menyebabkan
masyarakat mataram dapat terjangkit virus DBD.
3.
Tidak adanya
tindakan pengasapan juga berpengaruh terhadap perkembang biakan nyamuk di
daerah yang tidak terjangkau oleh masyarakat.
C.
Upaya Penanggulangan Dampak Negatif
Upaya dari masyarakat dan pemerintah untuk
menangani dampak negatif yang ada ialah dengan melakukan :
1.
Lebih seringnya
masyarakat maupun pemerintah melakukan upaya gotong royong membersihkan
lingkungan.
2.
Lakukan pengasapan
(Fogging) secara rutin untuk menghindari berkembang biaknya jentik nyamuk di
lingkungan masyarakat.
3.
Melakukan kampanye
(3M) yaitu menguras, menutup, dan mengubur barang yang sudah tak terpakai.
Sumber : http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-01.pdf
Sumber : http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-01.pdf